Minggu, 08 Juli 2012

JENIS DAN FUNGSI ALAT BERAT


Eksistensi alat berat dalam proyek-proyek dewasa ini baik proyek konstruksi maupun proyek manufaktur sangatlah penting guna menunjang Pemerintah baik dalam pembangunan infastruktur maupun dalam eksplore hasil-hasil tambang, misalnya semen dan batubara. Keuntungan-keuntungan dengan menggunakan alat-alat berat antara lain waktu yang sangat cepat, tenaga yang besar dan nilai-nilai ekonomis.
Penggunaan alat berat yang kurang tepat dengan kondisi dan situasi lapangan pekerjaan akan berpengaruh berupa kerugian antara lain rendahnya produksi, tidak tercapainya jadwal atau target yang telah ditentukan atau kerugian biaya perbaikan yang tidak semestinya. Oleh karena itu, sebelum menentukan tipe dan jumlah peralatan dan attachmentnya sebaiknya dipahami terlebih dahulu fungsi dan aplikasinya.
Berikut Kami share macam-macam alat berat beserta fungsinya, agar dapat dipahami dalam penggunaannya.

GEOFISIKA - SEISMIK


Metoda seismik adalah salah satu metoda eksplorasi yang didasarkan pada pengukuran respon gelombang seismik (suara) yang dimasukkan ke dalam tanah dan kemudian direleksikan atau direfraksikan sepanjang perbedaan lapisan tanah atau batas-batas batuan. Sumber seismik umumnya adalah palu godam (sledgehammer) yang dihantamkan pada pelat besi di atas tanah, benda bermassa besar yang dijatuhkan atau ledakan dinamit. Respons yang tertangkap dari tanah diukur dengan sensor yang disebut geofon, yang mengukur pergerakan bumi. Metode seismik merupakan salah satu bagian dari seismologi eksplorasi yang dikelompokkan dalam metode geofisika aktif, dimana pengukuran dilakukan dengan menggunakan sumber seismic (palu, ledakan, dll). Setelah usikan diberikan, terjadi gerakan gelombang di dalam mediu (tanah/batuan) yang memenuhi hukum-hukum elastisitas ke segala arah dan mengalami pemantulan ataupun pembiasan akibat munculnya perbedaan kecepatan. Kemudian, pada suatu jarak tertentu, gerakan partikel tersebut di rekam sebagai fungsi waktu. Berdasar data rekaman inilah dapat diperkirakan bentuk lapisan/struktur di dalam tanah.

PENGANTAR ILMU GEOTEKNIK TAMBANG


TUJUAN KLASIFIKASI MASSA BATUAN (BIENIAWSKI, 1989)

1. Mengidentifikasi parameter penting yang mempengaruhi perilaku massa batuan

2. Membagi formasi massa batuan kedalam kelompok yang mempunyai perilaku sama

3. Menghubungkan pengalaman di satu lokasi dengan lokasi yang lainnya

4. Mengambil data kuantitatif dan pedoman untuk suatu rancangan rekayasa

5. Memberi dasar umum untuk kemudahan komunikasi diantara para ahli geoteknik dan geologi

Faktor langsung yang berpengaruh pada stabilitas lereng

1. Kondisi tegangan, termasuk air tanah,

2. Struktur geologi khususnya keberadaan struktur skala besar

3. Geometri pit

4. Kekuatan massa batuan

PRINSIP-PRINSIP EKONOMI MINERAL


Ekonomi tidak terlepas dari biaya-biaya yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan, baik itu biaya langsung maupun biaya tidak langsung. Biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa merupakan salah satu unsur terpenting dalam pengelolaan perusahaan, sebab besar kecilnya biaya akan menentukan besar kecilnya keuntungan yang akan diperoleh. Oleh sebab itu biaya mempunyai pengertian semua pengeluaran yang dapat diukur dengan uang, baik yang telah, sedang maupun yang akan  dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk. 

1. Komponen Biaya  
Untuk memudahkan analisa, secara umum biaya dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu, antara lain :  
A. Menurut keterlibatan biaya dalam pembuatan produk :  
1. biaya langsung yaitu adalah biaya-biaya yang timbul akibat kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi.  
2.  biaya tak langsung yaitu biaya pengeluaran uang yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.  

Menteri ESDM Serahkan Beasiswa Kepada 831 Pelajar


Menteri ESDM Jero Wacik menyerahkan beasiswa pendidikan kepada 831 pelajar yatim/piatu dan putra-putri pegawai golongan I dan II yang berprestasi di lingkungan Kementerian ESDM di Jakarta, Kamis (5/7/2012).

"Beasiswa ini diberikan kepada yatim/piatu dan putra-putri pegawai golongan I dan II yang berprestasi, termasuk putra-putri para pengamat gunung api yang tersebar di seluruh Indonesia," demikian dikatakan Jero Wacik dalam sambutannya.

Memotivasi Percepatan Pembangunan Pabrik Pengolahan dan Pemurnian Bauksit


Wilayah yang diperkirakan memiliki sumber daya bauksit terbesar di Indonesia saat ini,  yaitu Kalimantan Barat dan Kepulauan Riau, berdasarkan jumlah pemegang izin usaha pertambangan (IUP)  potensi sumber daya bauksit yang dimiliki secara keseluruhan mencapai sekitar 3,47 miliar ton.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kepulauan Riau (DESDM Kepulauan Riau, 2011) mencatat bahwa jumlah perusahaan penambangan bauksit yang memiliki IUP di wilayah ini terdapat 32 perusahaan, terdiri dari 3 IUP di Karimun, 12 IUP di Tanjung Pinang, Bintan 9 IUP dan dua perusahaan berada di perbatasan kabupaten. Total  luas yang dikuasai oleh para pemegang  IUP diperkirakan mencapai 34.993 Ha, masing-masing 1,64% dari luas tersebut berada di Karimun, Lingga (93,36%), Tanjung Pinang (1,61%), Bintan (2,33%) dan 1,06% berada di perbatasan dua wilayah. Jumlah sumber daya bauksit di Kepulauan Riau diperkirakan mencapai 180,97 juta ton, daerah yang masih menyimpan sumber daya bauksit paling besar adalah Kabupaten Lingga dengan jumlah sekitar 168,96 juta ton sisanya tersebar di empat wilayah dengan jumlah yang relatif kecil.

Pemanfaatan Energi Matahari


Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi alternatif untuk mengatasi krisis energi, khususnya minyak bumi, yang terjadi sejak tahun 1970-an mendapat perhatian yang cukup besar dari banyak negara di dunia. Di samping jumlahnya yang tidak terbatas, pemanfaatannya juga tidak menimbulkan polusi yang dapat merusak lingkungan. Cahaya atau sinar matahari dapat dikonversi menjadi listrik dengan menggunakan teknologi sel surya atau fotovoltaik.

Potensi energi surya di Indonesia sangat besar yakni sekitar 4.8 KWh/m2 atau setara dengan 112.000 GWp, namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp. Saat ini pemerintah telah mengeluarkan roadmap pemanfaatan energi surya yang menargetkan kapasitas PLTS terpasang hingga tahun 2025 adalah sebesar 0.87 GW atau sekitar 50 MWp/tahun. Jumlah ini merupakan gambaran potensi pasar yang cukup besar dalam pengembangan energi surya di masa datang.