Kecil, begitulah perawakan anak ini di masa tahun 2016 dengan wajah begitu polos ia memangiiil ibu nya , ibuuu ?? dimana ibuu sambil merengek ia mencari-cari ibunya yang dalam ingatan nya barusan berada di dekatnya , memeluk nya saat ia terlelap. telah berjam-jam ia kehilangan ibu yang dalam pandangan retina nya ibu yang berambut lurus dengan panjang sebahu, putih yang terpancar dari kulit ibu membuat nya sangat tahu ibu yang di kasihinya itu adalah berbeda dari wanita yang lain yang pernah ia lihat.
Sampai melewati ruang tamu yang dilihatnya masih kosong itu ia masih mengintip apakah yang ia cari dapat terlihat, kemana ibu fikirnya “aku tak mungkin harus mencari-cari ibu seperti ini , aku tau ibu punya pekerjaan “ fikirnya sejenak , umurnya yang baru menginjak 2 tahun lebih muda daripada perawakan nya , si kecil hernandest sebut saja nama nya, kepolosan nya ini berawal dari apa yang ia ingin ketahui tentang kehidupan luar sana. yang ia masih bingung kenapa ia yang kecil dengan tinggi 90 cm sedangkan mereka sudah 160 bahkan 172 cm katanya .di usia 2 tahun ia sudah ingin tahu ukuran Berat badan dan tinggi nya serta nutrisi yang ia butuhkan, siapa yang tahu anak ini adalah orang yang teliti, masih belum jelas pemikiran hernandest kecil ini , setiap hari ia menemui orang-orang yang di lihatnya selalu tersenyum padanya dengan pakaian yang hampir sama setiap hari.
Fikirku sangat bingung ada apa dengan mereka ini “ hernandest kecil dengan sedihnya masih memandangi langit-langit rumah kata seorang wanita yang berseragam mengintai nya dari belakang, “menoleh kebelakang sebentar nak ini untuk mu salah satu wanita memberikan sebuah kotak yang berisi kain kecil yangterbuat dari sutra, hernandest kecil berlari ketakutan , dengan sekencang-kencang nya ia berlari sambil mengingat wajah ibunya yang ingin ia peluk karena ketakutan . setiap hari hernandest kecil berfikir sedang dimana ia, setiap hari ia menemui wanita yang berseragam putih , laki-laki dewasa yang berdasi kupu-kupu dan banyak sekali orang-orang di depan pintu menunggu yang tak tahu sedaang menunggu siapa, hernandest kecil yang setiap malam di temani ibu dan ayahnya hingga pagi hari ia mengalami hal yang sama ia tak melihat keduanya.
Satu hal yang ia ingin lihat ia ingin melakukan hal yang dilihatnya dulu di tahun sebelumnya selama liburan tak ada orang di sekitarnya yang sering ia lihat, tak ada wanita yang setiap hari mengiringinya dengan pakaian sperti boneka fikir hernandest kecil ini, hanya ada ayah dan ibu setiap hari di dekatnya tempat ia bertanya, ia ingin mencari hal baru yang ia belum temukan, ia begitu kebingungan melihat ibunya yang selalu berpakain rapi dengan menutup kepalanya setiap ingin keluar ruangan tempat ia tidur, kemana ibu mau pergi? Dengan senyum ibunya memeluk si kecilnya itu dan membersihkan badan hernandest kecil dengan handuk , penjelasan-penjelasan ayah dan ibunya membuat ia tak berhenti bertanya , siapa yang mengajari ikan berenang yah ? siapa yang mengajari burung terbang yah ? siapa yang mengajari bunga ini mekar ? tanya hernandest kepada sang ayah yang hanya tersenyum dan mengusap kening hernandest kecil , di lirik nya ayah dan ibunya yang begitu akrab tertawa melihat kelakuan hernandest kecil yang tampak kebingungan , mengapa kalian selalu bersama yah, ? tapi tak pernah mengajak aku ke sana , tunjuk nya ke arah pintu yang jauh di dekat pot bunga yang berwarna emas .
Penjelasan sang ayah tak cukup baginya ia butuh sesuatu agar ia dapat menjawab pertanyaan nya, sambil melihat jam besar yang tertempel di dinding kamar hernandest serentak melirik dan berkata pada orang tuanya,ayah ibu ini sudah jam 7.35 menit waktunya kalian kerja, kedua dewasa itu tercengang setelah mendengar perkataan hernandest kecil yang masih terbata-bata menyebutkan kalimat itu. Dan melirik ke arah jam masing-masing tepat sekali apa yang di katakan hernandest kecil dengan jam mereka masing-masing. Hernandest kecil seperti biasa memberikan penghormatan pribadinya kepada kedua orang tua yang sangat dekat dengan nya, setelah mencium tangan kedua orang tuanya ia pergi ke ruang sebelah tempat persembunyian katanya, dombi teman sejak ia berumur 1 tahun ketika semua orang memberinya banyak sesuatu yang menurutnya itu adalah keanehan , karena selama 7 hari semua orang mencium kening nya dan itu membuat ia trauma , haah,, jika aku bisa berlari saat itu aku sudah berlari ke ruangan ini untuk bersembunyi, semua orang memperlakukan ku sperti raja, begitu juga ibu dan ayah ku. Aku sangat tidak suka hari itu dombi ,!gerutu nya sambil melihat buku-buku yang tinggi trsusun di rak yang lebih tinggi dari pintu rahasia hernANDest kecil.
Setiap hari dengan jadwal seperti biasa ia membuka-buka tiap lembaran buku yang berwarna itu, ruangan yang cukup gelap haya diterangi sinar matahari yang masuk dari jendela berukuran 30 kali 40 cm di sebelah kiri dekat hernandest kecil merenung sambil menatap dombi kucing persia yang berbulu lebat yang diberikan orangtunya ketika umur satu tahun, seketika itu ia memperhatikan dombi sedang duduk di atas meja yang tinggi dipenuhi dengan buku berserakan dan lembar kertas yang diduduki dombi, angin yang berhembus dari lubang kosong di atas jendela memberikan hembusan yang deras sehingga kertas-kertas yang tadinya di atas meja berterbangan ke lantai, serentak dombii terjun dari meja mengejar kertas yang melayang tersebut. Sambil melihat dombi terjun dari meja hernandest kecil melihat detik jam yang ada di tangan nya seeeeeeeeeeeeeet.. dombi turun lebih cepat dari kertas yg melayang tadi dengan 10 detik sambil menarik kertas kosong hernadest kecil mencoba untuk mengajak dombi berbicara kamu hebat dombii kamu lebih dulu dari kertas itu.
Apa mungkin karena kamu lebih berat , apa berat itu dombi ? tanya hernandest kecil dalam kesendirian nya di ruangan gelap itu. “ting tung ting tung waktunya sarapan pagi” suara yang terdengar dari kotak kecil yang ada di sudut ruangan kamar itu, hernandest kecil kali ini tidak mau turun melewati tangga seperti biasa . tangga itu cukup lama dan lelah jika aku lewati dalam benak nya, wanita yang setiap pagi mengetuk pintu besar di kamarnya hernandest kecil melihat dan mencarii dimana anak kecil itu berada “nak dimana kamu, waktunya kita sarapan !!!.seeeeeet hernandest kecil bersembunyi di balik lemari besar di kamar itu, diletK kan nya dombi di atas tempat tidur dan satu buah bantal kecil sehingga menjadi seperti dirinya. Melihat perawakan kecil di atas tempat tidur wanita itu perlahan mendekati tempat tidur besar yang dilengakapi dengan selimut tebal hingga tak terasa sedikitpun berada dalam suhu panas ataupun dingin. “aneh sekali baru kali ini tuan kecil belum bangun” tuan bangun sekarang kita sarapan pagi” sambil membuka selimut yang menutupi dombi wanita itu membujuk dengan halusnya. “meo meo “terkejut sekali wanita dewasa itu melihat dombi yang bergerak dengan wajah lucu nya. “dimana tuan kecil ? tanya wanita itu sambil kebingungan mencari-cari hernandest kecil. hernandest kecil yang diam karena ulahnya masih bertahan di dalam ruang gelap lemari itu.
Lelah mencari wanita dewasa itu pergi mencari keluar kamar menuju tangga dan turun membicarakan pada wanita-wanita lain yang sama dengan nya. “jleb hernandest kecil duduk kelelahan di dalam lemari , “dombi-dombi buka pintu nya “ berteriak ia menangis ingin keluar setengah jam ia berada dalam lemari besar itu, aku harus keluar dari sini fikir hernadest kecil “bagaimana aku bisa keluar dari sini” ibu , ayah bantu aku “ sekian menit berlalu ia kelelahan di dalam lemari yang masih ada lobang kecil untuk melihat keluar dengan susah payah nya ia mendorong pintu lemari besar sambil bercucuran keringat yang keluar dari keningnya, sejenak ia terdiam dan melihat langit langit lemari yang di penuhi gantungan baju tebal ayah dan ibunya, diperiksanya kantong baju ayahnya tak ada apapun di sana,” bagaimana aku bisa keluar “dalam hati hernandest kecil, aku harus keluar ‘ dombi keluarkan aku” dilihatnya lobang kecil di lemari besar itu, dan seketika ia mendekatkan bibirnya terhadap lobang kecil memanggil dombi “dombi-dombi” seorang pria dewasa yang berperawakan tinggi tepat di depan lemari langsung membuka lemari besar itu dan seketika hernandest kecil keluar dari lemari besar itu dengan bercucuran keringat yang keluar , tak ada kata sedikitpun yang terucap dari mulut hernandest kecil “kenapa disini nak” paman hernandest kecil yang tadinya mencari hernandest kecil untuk bermain di taman belakang rumah “kenapa di sini sayang, main sama om ya “kata pria muda itu dengan wajah tampan nya . digendong nya hernandest kecil menuruni tangga, apa boleh buat hernandest kecil hanya bisa terdiam.
Orang di sekitarnya pun seperti biasa berktivitas dengan menundukan senyum padanya, tak ada keanehan sedikitpun bagi mereka melihat hernandest kecil di gendong oleh pria muda dengan pakain modis dan rapi itu, “mana ibu? “tanya hernandest kecil sambil mengerutkan kening nya menatap mata pria muda itu. Dengan lembut pria muda itu mengelus punggung hernandest kecil , tiba di tengah rerumputan yang hijau di belakang rumah besar dikelilingi dengan pagar yang di tumbuhi rumput yang merambat di setiap sudut dinding hingga tak terlihat apa yang ada di belakang pagar hijau itu. “paman apa yang akan kita lakukan hari ini” sambil menarik rambut laki-laki muda itu dengan manja , seraya laki-laki muda itu tersenyum sembari memegang tangan hernandest kecil dan berkata” kita akan bersenang-senang’” betapa keceriaan hernandest kecil mulai muncul, terlupakanlah apa yang telah terjadi pada dirinya dan lemari besar di ruang tadi, duduk berdampingan dengan laki-laki muda yang di sebutnya paman itu, hernandest kecil tertidur lelap dan tak sadar menjatuhkan kepalanya ke pangkuan laki-laki muda besar itu.
“huh nguah.. ibu? Mana ibu selalu perkataan yang muncul dari bibir hernandest kecil saat membuka kan matanya dari tidur yang cukup lama . masih samar-samar ia melihat kedepan , kesamping kiri dan kesamping kanan. Tak ada manusia yang dapat ia ajak bicara, dan seketika bunyi “tik tuk tik tuk sepatu tongkat yang mungkin terbuadt dari kristal yang keras bergesekan sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras di ruangan itu seraya terdengar lebih mendekat ke arah hernandest kecil, “waduh anak ibu sudah bangun rupanya” sembari meraih tangan hernandest kecil yang masih uring-uringan bangun dari tidur leleapnya. Di ciumnya kening anak nya itu oleh wanita berjilbab hijau tosca dengan anggun nya ia melemparkan senyum kepada hernandest kecil. “anak ibu mau apa ? kita makan siang ya,” seraya wanita itu membujuk hernandest kecil, dengan manjanya hernadest kecil menganggukan kepalanya, dan meraih tangan ibunya dengan erat” di dalam fikiran nya haruskah ku ceritakan apa yang terjadi tadi, lemari besar dan seorang wanita yang datang mengetuk pintu setiap pagi, bagaimana ia harus memulai cerita yang panjang itu , bicara nya yang masih terbata-bata dan masih sulit menyusun kalimat, membuat ia hanya memilih diam dan mengikuti ibu nya itu. Tik tuk tik tuk sambil menuruni tangga wanita yang sangadt di hormati orang –orang di sekiter itu memeluk hernandest kecil dan tepat di balik ruangan yang besar tempat pertemuan itu ia berhenti dan mengajak hernandest kecil berjalan ke arah ruangan media yang tak mempunyai pintu pemabatas itu, dan seperti biasa tersedia banyak jenis makanan yang bukan orang biasa yang dapat menyajikan menu istimewa itu, chef remon sering di panggil oleh ibunya.
Memasak khusus menu bergizi kualitas internasional dengan bahan tradiosional yang terjamin nutrisi nya, dia ambilnya bubur yang di buat dengan 3 kali penyaringan dengan di dampingi nasi putih yang berasaal dari beras kualitas super yang empuk bila di makan , di ambil kanya juga sayuran yang di rebus dengan kematangan sesuai , dan satu gelas susu formula yang khusus untuk hernandest kecil, setelah umur hernandest kecil menginjak 2 tahun ASI tidak di berikan lagi oleh ibu nya ‘ hiro sayang kita makan ya ? ajak ibunya dengan meraih tangan hernandest kecil dan membawanya duduk di kursi khusus yang di buadt dengan ukuran perawakan hernandest kecil. ya benar panggilan nama sebenarnya HIRO HERNANDEST, begitulah nama yang di berikan ayah nya sang DEDE HERNANDEST pemilik 10 perusahan pertambangan di asia tenggara, jelas sekali hidup hernandest kecil yang istimewa , perusahaan pertambangan yang menjanjikan tak bisa di hindari dari kehidupan keluarga hernandest yang penuh dengan teka-teki kehidupan hernandest sebenar nya.
Hidup yang begitu istimewa membuat hernandest kecil cukup mudah menerima lingkungan sekitarnya, ibu yang mengajari nya adaptasi yang dengan keanggunan nya membuat hernandest kecil berkembang dengan baik, seketika memberikan suapan nasi kepada hernandest kecil “tririririrng suara handphon wanita itu berbunyi, “ hernandest kecil hanya diam menatapi ibunya yang sedang berbicara di handphon yang tak jelas apa yang mereka katakan” apa yang mereka bicarakan ini ? gerutu hernandest kecil dalam hati, sejenak ia menyelinapkan pandangan nya ke sekitar dan menurunkan kakinya dari kursi kecil itu,, bersembunyilah ia dan segera ia berjalan menjauhi ibunya, lengah terhadap hernandest kecil ibu muda yang masih modis itu melemparkan pandangan nya ke arah hernandest kecil yang sembari menjauh, “hiro mau kemana sayang?” panggil ibu nya yang sudah agak jauh dari hernandest kecil, pembicaraan pun terputus dari handphon itu, hernandest kecil menundukan kepala dengan wajah lugu nya ia berkata pada ibu nya “ ibu kita pergi dari sini, aku ingin melihat ke luar sana “ sambil menunjuk ke arah yang seolah-olah sangat jauh, dengan senyuman manis nya sang ibu melambaikan tangan nya menyuruh hernandest kecil mendekat “ ke sini nak , kita akan keluar sekarang” mendengar perkataan ibunya sesegera mungkin hernandest kecil menuju ke arah ibu yang sangat di sayangi nya itu, “kita akan melihat keluar tapi tidak di sana ya nak , kita akan melihat dari atas” hanya mengangguk kan kepalanya hernandest kecil memeluk ibunya, berdirilah ibu dengan menggendong hernandest kecil menuju sebuah pintu yang terbuat dari besi yang keras, “tit” bunyi tekanan tombol yang ada di samping pintu itu, sesegera ibunya membawa masuk hernandest kecil ke dalam ruangan segi empat kotak besar itu, tak lama hernandest kecil dan ibunya berhenti dan pintu terbuka sendiri nya.
Sesampai nya di atas di lihat nya oleh hernandest kecil suasana yang tak pernah ia lihat sebelumnya ruangan yang besar nya sekitar 3 kali empat meter agak kecil bagi nya, di depan nya yang di lapisi kaca tebal, sehingga apa yang ia katakan ingin keluar tadi dapat ia lihat dari atas sana. “sangat indah ibu “ dengan senang nya hernandest kecil melihat dengan menunjuk ke arah gedung –gedung yan tinggi dan di depan nya terdapat warna hijau menu njyukan masih ada pepohonan di daerah itu, keramaian kendaraan sangat terlihat jelas dari atas sana , suara nya saja yang tidak terdengar, ruangan itu kedap suara.
Beberapa menit hernandest kecil memandangi hal yang baru di lihat nya itu, dilihatnya benda yang panjang berwarnA Hitam terletak di dekat dinding berwarna yellow itu, “ibu apa itu?” ya sebuah teropong bintang milik ayah nya, “boleh aku gunakan itu ibu?” dengan wajah melow nya hernadest kecil memohon kepada ibu nya, “ boleh sayang?” ibu nya mencubit pipi hernandest kecil yang lucu di ambilkakan nya teropong bintang yang tlihat sudah lama tidak di gunakan itu , tentu saja sudah berdebu, ruangan kecil itu bersih sebenar nya , tapi siapa tahu di sana banyak barang bekas yang di sana membuat suasana nya cukup gelap kursi dan meja yang di letak kan di dekat kaca besar itu membuat nya terlihat sempit, hernandest kecil yang duduk di atas meja agar bisa menggunakan teropong milik ayah nya , sangat berantusias ingin mengetahui bagaimana menggunakan teropong itu, ibu ny perlahan mengajari hernandest kecil menggunakan teropong itu, begitu cepat hernandest kecil memahami ny, ia begitu senang melihat ke arah depan , “mana bintang nya ibu, “ serya hernandest kecil meminta jawaban dari sang ibu, ibunya menjelaskan hal yang sebenar nya bahwa bntang itu ada di malam hari, cukup kecewa hernandest kecil karna ia tidak bisa melihat bintang , “kapan malam hari itu ibu” dengan kepolosan nya ia bertanya lagi, di jelaskan oleh sang ibu apa mlam hari yang di tanyakan. “ tak ada pertanyaan lagi dari mulut hernandest kecil , yang di fikiran nya ia ingin melihat malam hari agar ia bisa meneropong bintang, senang sekali hernandest kecil.
Setelah beberapa saaatibunya membawa hernandest kecil keluar dari ruangan itu, tiba di ruangan tadi hernandest kecil berlari menuju pria dewasa yang tersenyum padanya, yang melambaikan tangan kepada hernandest kecil seolah-olah menyuruh hernandest kecil mendekat, ketajaman mata hernandest kecil yang sangat kenal dengan pria itu tak ia ragukan lagi memeluk pria itu, ya benar pria dewas itu ayah nya yang ia tunggu-tunggu untuk bertanya” ayah aku ingin melihat malam” sapa hernandest kecil kepada ayahnya yang kelihatan bersemangat melihat hernandest kecil berlari memeluk nya, “kita akan melihat malam nak, setelah kita sholat ya?’ senyum ayah nya menenengkan hernandest kecil yang riang itu, “ baiklah , apa itu sholat yah ? “ tanya hernandest kecil lagi, “pertanyaan demi pertanyaan di lontarkan kepada sang ayah , tak perlu banyak waktu ayah nya langsung menjawab pertanyaan hernandest kecil dengan wibaawa nya. Hal biasa yang ia lihat yng di lakukan ayah dan ibunya , bersujud dan menadahkan tangan ke arah sana.
Inikah sholat fikirnya, di saat itu sang ibu memakai kan pakaian yang sama seperti ayah nya , sarung dengan ukuran kecil, baju dengan lengan panjang, dan penutup kepala dari rajutan . yang di simpan di dalam lemari besar itu. Hanya mengikuti petunjuk ayah nya sang hernandest kecil melihat dan melakukan apa yang orang tua nya lakukan, sesekali ia melirik ibu nya yang menggunakan penutup yangbesar berwarna putih, dengan mengikuti gerkan ayah nya, penuh pertanyaan di dalam hati hernandest kecil , namun satu yang ia telaaah orang tuanya nya mengajarkan hal baik pada nya. Sampai di akhir ayah nya menolehkan wajah ke arah samping kanan dan kiri dengan menyebutkan sesuatu yang masih belum ia hafal, dan penghormatan pribadi seperti biasa ia lakukan, hernandest kecil diam kali ini, tak banyak pertanyaan yang ia katakan , ia fikir ayah nya akan menjelaskan sesuatu pada nya, ternyata benar ayah nya menjelaskan apa yang mereka lakukan tadi , sekarang tahualah hernandest kecil apa tujuan dan maksud gerkan yang berulang-ulang itu. Bertambahlah pengetahuan hernandest kecil tentang agama allah swt, walau masih belum cukup faham, namun masih ada hal yang ia ingin tanyakan “ ayah kapan kita bisa melihat mala?” sekarang kita sudah sholat mari kita melihat malam yah “.
Baiklah , kita kana melihat malam nak” dengan senyuman hangat ayah nya mengelus kening hernandest kecil, setelah beberapa saat berganti pakain di gendong nya hernandest kecil ke arah tangga, ibu nya yang mengiring dari belakang mengikuti kedua orang yang ia sayangi itu melangkah dengan kegembiraaan kecil, senyum nya seraya ingin mengajak suaminya bercengkrama. “kita akan kemana bang, ?” tanya ibu nya kepda pria yang menggendong nya itu, “kita akan makan di luar malam ini” mendengar kata malam itu hernandest kecil berfikir sedikit terbuka fikiran nya bahwa malam itu di mulai setelah ia sholat tadi mungkin, dan sekarang pun masih malam, sesampai di depan pintu besar yang lebih tinggi dari tangga itu, di ajaknya hernadestkecil turun dari pelukan nya dan di tariknya tangan hernandest kecil menujuke arah depan teras rumah, baru pertama kali hernandest kecil melihat suasana itu entah pernah ia di ajak ke sana, entah kapan ia lupa mungkin di usia nya satu tahun kemarin.
Tidak cukup gelap suasana itu ada banyak lampu yang menyinari sekitar nya itu, sebuah mobil yang telah di sediakan seorang pria muda berdasi dan memakai idcart di tempel di saku baju, membukakan pintu mobil mewah hitam yang di dalam nya telah ada seorang pria besar dengan kulit berwarna coklat , menghadap ke arah depan , “mungkin dia dalah sopir “ dalam hati hernandest kecil ia telah melihat malam dan bintang “senang sekali bu” kata hernandest kecil bicara pada ibu nya, mobil berjalan dengan suara yang hampir tak terdengar bunyi nnya, “ mulai mobil meninggalkan jalan yang terlihat sepi yang di pinggir nya terdapat lampu-lampu besar yang berderet, melewati jalan itu “ bu aku boleh buka pintu mobil ini” kata hernandest kecil ,dengan memberhentikan pembicaraan pada ayah nya ibu nya melakukan apa yang di katakan hernandest kecil suasana dingin dengan hembusan angin yang kencang menghembus ke wajah hernandest kecil membuat hernandest kecil mlipatkan tangan ke arah perutnya, sepertinya ia kedinginan, lalu cepat pepohonan yang di lewati mobil itu, “tak bisa melihat kelua bu” kata hernandest kecil tampak nya ia ingin sekali menikmati malam itu, dilhat nya sesekali ke arah luar atas, itu bintang dalam hati kecil nya berkata indah sekali bintang itu banyak bahkan, aku ingin pergi ke bintang khayal nya hernadest kecil itu.
Tiba di sebuah gerbang besar di sebelah kanan jalan banyak sekali orang yang berkerumun , semua mobil berhenti seketika karena padat nya orang manusia besar di sana , tak ada orang sebesar hernadest kecil ketika itu, “berhenti-berhenti bu” kata hernadest kecil sambil menarik baju ibu nya,, hendak melihat keramaian di seberang sana mungkin, sesegera mungkin ibunya menyuruh pria yang duduk di depan hernandest kecil untuk berhenti, ibunya menatap wajah hernandest kecil dengan penuh tanya “ ada apa nak ?’” tatapan ibu nya itu tak menggubris dirinya untuk menghentikan pandangan ke arah kerumunan orang-orang di sebrang sana, apa yang ia lihat, apa yang di fikirkan hernandest kecil ini, tak tau jelas ia hanya diam dan melotok kan kmatanya ke arah keramaian itu, tampak nya ia tidak ingin turun , hanya ingin memperjelas sesuatu yang ada di atas kepala orang-orang di keramaian itu, ada apa dengan mereka, fikir nya dalam hati, lama hernandest kecil memandangi ke sebrang jalan itu, ayah nya hanya diam melihat hernandest kecil yang lugu itu . “hiro mau ke sana melihat mereka ? “ tanya ayah nya dingin.
Tak mendengarkan perkataan an ayah nya, ia masih memperhatikan kerumunan orang-orang itu dengan memperjelas pandangan nya, “apa itu” sambil menggosok-gosok mata nya” ia terlihat kebingungan, tampak ada yang membuat ia jadi tak berkonsentrasi, sekejap ia mengalihkan pandangan ke arah ayah nya, ia ragu untuk mengajak ayah nya turun dari mobil itu, di coba nya untuk membujuk ayah nya “ yah boleh kita turun melihat “ menunjuk ke arah kerumunan orang-orang yang cukup ramai itu, apa yang di lakukan ayah nya setelah mendengar ajakan anak nya itu, di ambil nya sebuah jas besar hitam yang di letak kan di belakang tempat duduk mobil itu. di pakaikan nya jas itu menutupi seluruh badan hernandest kecil, rupanya cuaca saat itu tidak men dukung, terasa dingin kata hernandest kecil , gerimis di luar sana , melangkahlah ayah nya dan seorang pria yang duduk di depan keluar menemani ayah nya dan hernndest kecil untuk melihat kerumunan oran-orang itu, dengan beberapa langkah mereka mengintip dari kejauhan apa yang sedang terjadi, tak ada apa-apa, kata seorang berpakaian seragam lengkap dengan penutup di kepala serta , seorang polisi yang sedang sibuk memasang garis pembatas berwarna hijau bahwa di larang mendekat, hernandest kecil masih ingin tahu apa yang sedang terjadi di sana.
Bingung ia kelihatan nya, di pandangi nya di atas kepala orang –orang yang ramai itu , sesekali ia tersenyum sambil melihat ada sesuatu di atas kepala sang polisi itu, tersentak ayah nya ketika melihat di dalam garis polisi itu, seorang wanita berpakaian dres yang menutupi setengah badan saja, yang berlumur darah dan tak tau apa sebenernya terjadi pada wanita itu, sesekali ayah ya ingin membuka mulut untuk bertanya, “apa penyebab kematian wanita itu” tanya ayah nya terhadap seorang laki-laki tua yang sedang berhimpit di sebelah hernandest kecil yang ingin juga melihat, seperti nya kecelakan lalu lintas pak, mungkin di tabrak mobil besar , jalan ini sepi siapa yang mau jadi saksi, tak ada yang melihat mungkin pak, sambil mende gar perkataan laki-laki tua itu ayah nya tampak iba , hernandest kecil hanya diam dan memandangi sekitar, taK mengerti apa yang di katakan ayah nya, yang ia pandangi hanya atas kepala orang-orang di sekitar nya, pandangan nya pun berhenti ketika melihat seorang pria kecil yang wajah nya urak-urakan dengan rambut yang di kuncir ke atas, ber jaket kulit hitam.
Agak menyeramkan kata nya, masih di pandangi nya pria itu, tertawa geli hernandest kecil melihat gambar yang ada di atas kepala pria itu, pria tapi berpakaian wanita, mungkin ia belum mengetahui apa yang ia dapat, di tunjuk nya pria itu oleh hernandest kecil “ayah itu pria atau wanita di atas sana. ?” tanya hernandest kecil, tidak mendengarkan gurauan anak nya itu ayah nya berpaling dan mengajak hernandest kecil melangkah ke arah belakang hendak meninggalkan tempat itu, namun sesekali hernandest kecil bersentuhan dengan orang-orang di dekat nya, “siit jas hitam yang di pakaikan ayah nya itu lepas dan terlekat di bahu seorang wanita muda yang memakai sepatu highill tinggi , rok hitam pendek , dan tas berwarna emas yang kelihatan nya cukup mahal itu wajah nya tampak cemas sepertinya, melihat kejadian itu, apa yang di pandangi hernandest kecil ini, gambar yang ada di atas kepala wanita itu, “menyeramkan katanya “ sesekali ia melihat ke arah belakang, merasakan ada sesuatu di bealkangnya, ayah jas itu, “ sambil menunjuk ke arah wanita tadi, melihat itu ayah nya segera mendekat dan mencoba meraih jas hitam itu.
Terlihat jelas gambar yang ada di atas kepala wanita itu. “ayah dia mendorong wanita itu dari belakang, di tunjuknya gambar yanga ada di ats kepala wanita itu, “ sambil berjalan ayah nya tak menghiraukan perkataan hernandest kecil,di ulangi nya lagi oleh hernandest kecil “ayah wanita itu mendorongnya” kali ini dengan suara keras ia menunjuk ke arah kepala wanita itu, “ tercengang beberapa orang di belakang yang menengar perktaan anak kecil yang seolah-olah tau tentang sesuatu yang terjadi itu, wanit yang tadinya terlihat cemas bertambah ketakutan nya, sepertinya benar yang di katakan anak ini, dia menunjuk aku, “aku harus pergi katanya” berlari ke arah samping jalan dan sekejap wanita itu hilang di antara orang-orang ramai itu, mata hernadest kecil masih mencari-cari wanita tadi, dia sepertinya sudah mengetahui apa yang ia bisa lihat, masih terdiam tapi, melihat gambar yang ada di atas kepala orang-orang itu.
Cukup kecewa hernandest kecil pada ayahnya, perkataan nya tak di hiraukan sama sekali oleh nya, msih di pandangi nya ke arah kerumunan orang-rang itu, yang lama kelamaan menjauh, mobil itu mulai berjalan menuju arah depan, hernadest kecil masih terdiam rupanya, ibu yang sedari tadi menunggu di dalam mobil memandangi hernandest keci yang seperti nya tampak beruah prilaku nya, yang tadi nya bersemangat menajdi cenderung diam, “ hiro kenapa sayang?” tanya ibu nya, dengan menggelengkan kepala dan wajah cemberut dia mebiarkan ibu nya bertanya –tanya, sampailah di sebuah restourant mewah yang di penuhi dengan cahaya-cahya lampu yang banyak di sekeliling atas atap temapt orang-orang berkumpul itu, masih di pandanghinya sekitar oleh hernandest kecil “bagus sekali tempat ini bu” mencoba ia melupakan kejadian tadi dengan menikmati cahaya lampu yang banyak itu.
Sesegera keluarga kecil itu turun dari mobil mewah yang di parkir di bawah atap yang panjang berwarna biru terbuat dari plastik keras sepertinya, melangkah kecil sang hernandest kecil ingin segera mendekat ke arah cahaya yang banyak, terdapat juga air yang sepertinya di buat dengan sengaja di depan kaca ruangan itu, secepat mungkin rasanya hernandest kecil ingin masuk ke dalam ruangan itu, “ibu ?” panggil nya seraya mengajak masuk kedalam, ibu nya yang tadi masih merapikan kerudung nya melangkah cepat mengejar hernandest kecil solah anak itu belum tau akan kemana, masuklah mereka ke dalam rumah yang ber hiaskan bambu –bambu di atas nya, ramai sekali di dalam sana sepertinya, suara-suara orang yang tertawa, bercengkrama bersama terdengar jelas,
Tiba di dalam ruangan itu,
bersambung !!!!
Sumber : Dwi Nova Sagita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar